Tuesday, July 21, 2015

SIAPAKAH AKU? AKU ADALAH AKU! (1)



Dalam dunia modern yang super canggih tidak dapat disangkal bahwa sistem kontrol yang dimiliki manusia dalam peziarahan hidupnya jauh lebih baik daripada zaman sebelumnya. Alam, lingkungan hidup, bahkan masyarakatpun setiap saat dikontrol melalui mekanisme sosial dan teknis yang lebih canggih. Bahkan lebih dari zaman-zaman sebelumnya, manusia tidak hanya memiliki kontrol yang lebih efektif atas dunia kehidupannya, tetapi juga manusia itu sendiri memiliki kesadaran dan pengertian yang lebih atas kontrol itu sendiri.

Namun demikian, tanpa menolak kehebatan manusia dalam hal mengontrol dunia ini, juga harus disadari dan diakui bahwa ada begitu banyak hal atau kenyataan hidup manusia yang kita ekspresikan entah lewat kata-kata atau tindakan-tindakan sangat dikontrol oleh sesuatu “dari luar” diri manusia itu sendiri. Selain mengontrol dunianya ternyata manusia juga dikontrol oleh dunia yang mengitarinya.

Dalam pencarian jati diri seorang manusia, manusia sangat dipengaruhi oleh dunia di mana dia hidup: manusia mampu mengontrol sekaligus dikontrol oleh dunia. Namun demikian, manusia dilengkapi oleh kemampuan untuk menyaring hal-hal dari dunia luar yang masuk ke dalam dirinya, untuk menentukan dan memilih mana yang merupakan jati dirinya sebagai manusia yang dinamis menuju pemenuhan hidup.

Sebagai ilustrasi: Lianty seorang anak yang pintar. Semua orang di sekolahnya bahkan di daerahnya mengenal dia sebagai anak yang pintar. Setiap kali ada perlombaan sekolah dia selalu menjadi wakil sekolahnya dan dia selalu juara. Tetapi suatu ketika, ketika ada Ujian Akhir Sekolah, Lianty ternyata gagal atau tidak lulus dalam Ujian Ilmu Sosial. Lianty yang sudah terbiasa mendapat nilai yang sangat memuaskan mengumpat-umpat kepada gurunya dan mengatakan “Saya tidak lulus karena gurunya tidak tahu mengajar”. Setelah dicari tahu ternyata Lianty tidak lulus karena dia tidak membaca suruhan dengan baik, padahal apa yang ditulisnya benar tetapi bukan itu suruhannya”

Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa seringkali kekurangan/kesalahan/kelemahan yang dialami oleh manusia seringkali dilempar sebagai kesalahan dari luar. Lianty yang “diakui” sebagai orang pintar oleh dirinya sendiri dan masyarakat menolak bahwa dirinya “gagal dalam Ujian Sekolah”. Untuk menjaga “image” sebagai orang pintar kesalahannya dilemparkan kepada “guru yang tidak tahu mengajar”. Padahal guru yang sama selama ini yang membuatnya menjadi seorang anak yang pintar.

Ada begitu banyak contoh di mana manusia tidak sepenuhnya “mengontrol” dirinya sendiri dalam berkata dan bertindak. Misalnya seorang koruptor menyatakan “Saya melakukan aksi korupsi karena yang lain juga melakukannya”. Seorang penguasa mengatakan, “Penghormatan yang mereka berikan, membuat saya sangat bahagia”. Atau seorang Ibu mengatakan, “Sikap anak saya membuat saya gila”. Atau seorang mahasiswa/i, ketika mendapat nilai baik dia akan menyatakan, “Saya mendapat nilai 10”, tetapi begitu mendapat nilai buruk dia akan menyatakan “Dosen memberi saya nilai 3”.

Ilustrasi dan contoh-contoh di atas memperlihatkan bahwa perasaan-perasaan ataupun tingkah laku, baik menyenangkan atau tidak menyenangkan semuanya merupakan hasil atau akibat dari kejadian atau situasi yang terjadi di luar kontrol manusia.

Nampaknya cara-cara kita mengekspresikan diri seperti dalam contoh di atas bukan merupakan hal yang baru. Bahkan dalam Kitab Suci kita bisa temukan hal-hal seperti itu. Misalnya Kej. 3:10. Ketika aku mendengar bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi. Kej 3:12: Perempuan yang Engkau tempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka ku makan. Kej. 3:13: Ular itu yang memperdayakan aku, maka aku makan.


Melihat contoh-contoh ini adalah suatu fenomena umum bahwa kebahagiaan atau ketidakbahagiaan manusia sangat bergantung dari apa yang oleh orang lain lakukan atau tidak lakukan. Dari sini dapat dikatakan bahwa menjadi bahagia atau tidak sangat bergantung pada hal-hal yang tidak dapat seorang manusia kontrol. Bahkan kegiatan atau tindakan-tindakan yang kita lakukan merupakan reaksi atas faktor-faktor dari luar, seperti saya memukulnya karena dia mengejek saya, saya korupsi karena yang lain juga korupsi. Kalau manusia mampu mengontrol dunia luar dan juga dikontrol oleh dunia luar, lalu siapa yang bisa mengontrol manusia itu sendiri? (Bersambung ke 2  )

No comments:

Post a Comment