Dari tulisan-tulisan sebelumnya kita sampai pada
kesimpulan bahwa manusia itu memilih “untuk menjadi” dan “bukan ditakdirkan”.
Inilah dasar yang membedakan manusia dengan ciptaan-ciptaan lainnya.
Dalam kontaknya dengan lingkungan dan sesama,
manusia mencari pemuasan atau pemenuhan kebutuhan hidup berdasarkan “petunjuk”
biologis yang dimilikinya saat dia berbagi dengan sesamanya atau lingkungannya.
“Tulisan” interaksi tersebut membentuk sebuah pola atau petunjuk original yang
membentuk seorang manusia. Petunjuk original atau pola interaksi ini, yang
dimiliki secara pribadi, yang terintegrasi dalam suatu sintesis biologis itulah
yang disebut sebagai kepribadian.
Dengan demikian, kepribadian sebenarnya
adalah hasil dari suatu “dialog” antara seorang pribadi dengan kenyataan.
Kenyataan mengatakan kepada seorang pribadi berbagai hal: data-data yang tidak
dapat diubah dan data-data yang menantang seseorang dan meminta jawaban;
batasan-batasan yang jelas dan perbatasan yang bergerak bebas. “Suara” dari
kenyataan terwujud dalam struktur fisik dan sosial; yang tiba ke kita dengan
berbagai macam media. Pengaruhnya membatasi dan membentuk, tetapi juga bisa
membuka kemungkinan, mengundang dan menantang seseorang bisa membatasi atau
menghidupkan seseorang.
Sebaliknya, seorang pribadi “mengatakan”
sesuatu kepada kenyataan berdasarkan kreativitas yang dimilikinya sendiri,
suatu kemampuan untuk mentransformasikan situasi-situasi dan bisa memindahkan
batasan-batasan atau melompati keterbatasan yang ada pada dirinya sendiri.
Hal-hal yang dikatakan di atas oleh seorang pribadi dikorporasikan dalam suara
dari kenyataan untuk terus berdialog.
Dialog ini memiliki sejarah, baik sejarah
pribadi ke pribadi maupun pribadi dengan kelompok. Dalam level pribadi ke
pribadi, setiap orang akan terus mempelajari semua jawaban-jawaban yang
dibuatnya. Di sini dia akan terus menciptakan kebiasaan-kebiasaan, gaya dan
cara-cara yang spesial untuk berreaksi dengan kenyataan. Disini dihasilkan
suatu perkembangan atau kemandegan. Disini akan ditemukan trauma-trauma dan
penyembuhan-penyembuhannya. Setiap orang akan terus menciptakan suatu repertoir
dari tingkah laku yang mengijinkan untuk berreaksi terhadap berbagai tuntutan
yang dialaminya dalam perjumpaan dengan kenyataan.
Dialog juga adalah suatu sejarah kolektif: suatu kumpulan tingkah laku
dari sekelompok manusia yang terus membentuk suatu budaya. Semua yang
dipelajari di sini nantinya dibagikan dan diciptakan dalam norma-norma,
tradisi-tradisi dan alat-alat. “Arsip budaya” ini mengijinkan suatu generasi
untuk membangun di atas apa yang sudah dibangun generasi sebelumnya. Kita tidak
perlu lagi melihat bagaimana proses dan penemuan bagaiamana menggunakan api
dalam setiap generasi. Sama seperti dalam dialog pribadi dengan pribadi, dalam
dialog pribadi dengan kelompok tertentu akan menciptakan perkembangan,
pembelokan, tradisi-tradisi yang kaku bahkan revolusi yang inovatif dll.
No comments:
Post a Comment