Dalam peziarahan hidupnya manusia
menyadari bahwa kehidupannya merupakan dialog antara hal-hal yang ditentukan dari luar dirinya
(determinisme) dan pengolahan diri untuk menentukan arah kehidupannya sendiri
(auto-determinisme).
Demokritos, Thomas Hobbes,
William Hamilton dll, menyadari dan mengakui bahwa kehidupan manusia sangat
ditentukan oleh faktor geografis, biologis, sosiologis, ekonomis dan agama yang
melingkari kehidupan manusia. Semua faktor tersebut mempengaruhi kehidupan
manusia sehingga menentukan arah kehidupan manusia dalam pencarian maknanya.
Berikut ini beberapa merek determinisme yang sering digunakan oleh manusia
untuk membela dirinya terhadap kesulitan hidup yang dihadapinya:
- determinisme religius: suatu keyakinan bahwa kehendak Tuhanlah yang bertanggung jawab atas semua yang terjadi: “Tuhan menghendaki demikian” atau “Tuhan menghukum kita”.
- determinisme magis: suatu keyakinan bahwa nasib atau keberuntungan menentukan apa yang akan terjadi dengan diri kita. Hal ini jelas sekali dalam “Oedipus Kompleks” yang menyakini dia dilahirkan untuk menikahi ibunya sendiri.
- determinisme sosio-ekonomis: suatu keyakinan bahwa relasi-relasi sosial dari sistem industri (produksi), struktur ekonomi dan politik menentukan cara-cara berpikir dan tingkah laku manusia.
- determinisme biologis: suatu keadaan bahwa warisan genetika menyediakan seseorang suatu petunjuk bagaimana seseorang bertindak sepanjang hidupnya
- determinisme lingkungan: suatu keadaan yang mengkondisikan manusia dengan kekuatan paksaan dan tekanan dari lingkungan fisik sosial.
- determinisme psikologis: situasi yang dirasakan di mana ada berbagai kekuatan yang kurang lebih tidak dikenal di dalam kepribadian seseorang, misalnya trauma-trauma masa lalu, hal-hal di bawah sadar dll.
Berhadapan dengan berbagai determinisme di atas, manusia dihadapkan dengan pertanyaan, “Siapakah
yang bisa memaknai hidup manusia sendiri?”. Dari sini muncul suatu pernyataan yang
mengafirmasikan bahwa kebebasan dan auto-determinasi seseoranglah yang dapat menentukan isi dan arah
kehidupannya sendiri. Beberapa merek blok auto-determinisme yang pernah
ada:
- afirmasi idealis: suatu sikap yang mengesampingkan kenyataan dunia luar dan menghayati hidup dengan caranya sendiri tanpa memperhitungkan kenyataan riil dunia yang akan dilaluinya.
- afirmasi pelarian (alienasi) : suatu auto-determinasi yang dilakukan dengan lari dari kenyataan. Kendaraan-kendaraan pelarian bisa dalam berbagai bentuk, seperti mabuk, kerja berlebihan, agama fundamentalis, fantasi-fantasi, narkoba, sex bebas dll. Jenis lain dari pelarian ini yang mungkin nampaknya bukan pelarian adalah penyalahan diri sendiri yang berlebihan yang akhirnya sampai pada suatu situasi yang mematikan, misalnya bunuh diri karena tidak bisa menerima kenyataan diri sendiri.
- afirmasi kritis: posisi ini memiliki beberapa elemen penting antara lain:
- mengakui bahwa banyak “ramuan” kehidupan yang sudah ditentukan. Misalnya saya tidak dapat memilih tempat di mana saya ingin dilahirkan. Faktor genetis tidak dapat saya tentukan, ada keterbatasan-keterbatasan yang datang dalam sejarah pribadi, lokal, nasional dll.
- menerima keterbatasan-keterbatasan yang ada sebagaimana apa adanya.
- menerima kenyataan tentang relasi yang saling menguntungkan antara kreativitas atau kebebasan manusia dengan struktur-struktur sosial yang dihasilkan.
- pengakuan bahwa paling tidak di tengah gurun keterbatasan-keterbatasan yang ada selalu ada paling tidak suatu oasis kehidupan atau kebebasan. Dalam siatuasi/keadaan yang memang benar-benar “tidak ada jalan keluar”, kepribadian manusia masih memiliki kebebasan bagaimana menjawab dan cara apa yang diambil berhadapan dengan keterbatasan itu.
Sebagai manusia yang dewasa manusia diajak untuk mengambil
posisi afirmasi kritis dalam memaknai kehidupannya. Kita tidak dapat menolak
bahwa kita sendirilah yang bertanggung jawab atas semua tingkah laku kita. Kita
tidak dapat memberikannya kepada siapapun kunci kebahagaiaan dan realisasi diri
kita.
Semua postur deterministas adalah percobaan. Mereka
memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk melarikan diri dari kebebasan kita.
Jika kita bisa mengendalikan diri kita sendiri dan juga orang lain bahwa diri
kita tidak mempunyai kesalahan, kita percaya tanpa salah bahwa kita dapat
sampai kepada kebahagiaan.
Memperbaharui tanggungjawab dan kontrol atas kehidupan kita
bukan hanya lebih sehat secara psikologis (minimal merasa lebih baik) melainkan
juga adalah satu-satunnya sikap yang unik yang bisa menggerakkan kita menuju
suatu perkembangan atau pertumbuhan dan kebahagiaan.
Blog Oasis Kehidupan yang akan saya tulis ini akan melihat
bahwa ada banyak cara untuk berlatih melihat “kontrol” yang bisa menghancurkan
diri seseorang dan juga orang lain. Tetapi kita akan lebih mendekatkan diri
kepada forma-forma destruktif yang sering kita ambil dan belajar dari
forma-forma destruktif tersebut.
Akhirnya,“kenyataan umum” bahwa kehidupan kita diatur
dan dipengaruhi dari luar atau dengan kata lain “ditentukan” oleh agen-agen
berbeda dari diri kita (Tuhan, nasib, bawaan biologis, lingkungan sosial
ekonomi dan budaya dll). Namun demikian, semua postur deterministas ini
semuanya berlawanan dengan auto-determinasi. Dari semua posisi
auto-determinasi kita beropsi pada auto-afirmasi kritis karena merupakan yang
paling berharga dengan kenyataan kemanusiaan kita. Semua ramuan dasar dari
postur ini: pengenalan dan pengakuan akan keterbatasan kita dan ruang kebebasan
yang bisa kita ambil terhadap kenyataan itu, seperti suatu pengaruh yang saling
menguntungkan antara kebebasan dan “produk sosialnya”. (Benny Kalakoe, BSD, Juli 2015)
No comments:
Post a Comment