Tuesday, July 21, 2015

SIAPAKAH AKU? AKU ADALAH AKU! DARI DETERMINISME MENUJU AUTO-DETERMINISME KRITIS (2)



Dalam peziarahan hidupnya manusia menyadari bahwa kehidupannya merupakan dialog antara hal-hal yang ditentukan dari luar dirinya (determinisme) dan pengolahan diri untuk menentukan arah kehidupannya sendiri (auto-determinisme).



Demokritos, Thomas Hobbes, William Hamilton dll, menyadari dan mengakui bahwa kehidupan manusia sangat ditentukan oleh faktor geografis, biologis, sosiologis, ekonomis dan agama yang melingkari kehidupan manusia. Semua faktor tersebut mempengaruhi kehidupan manusia sehingga menentukan arah kehidupan manusia dalam pencarian maknanya. Berikut ini beberapa merek determinisme yang sering digunakan oleh manusia untuk membela dirinya terhadap kesulitan hidup yang dihadapinya:

  1. determinisme religius: suatu keyakinan bahwa kehendak Tuhanlah yang bertanggung jawab atas semua yang terjadi: “Tuhan menghendaki demikian” atau “Tuhan menghukum kita”.
  2. determinisme magis: suatu keyakinan bahwa nasib atau keberuntungan menentukan apa yang akan terjadi dengan diri kita. Hal ini jelas sekali dalam Oedipus Kompleks yang menyakini dia dilahirkan untuk menikahi ibunya sendiri.
  3. determinisme sosio-ekonomis: suatu keyakinan bahwa relasi-relasi sosial dari sistem industri (produksi), struktur ekonomi dan politik menentukan cara-cara berpikir dan tingkah laku manusia.
  4. determinisme biologis: suatu keadaan bahwa warisan genetika menyediakan seseorang suatu petunjuk bagaimana seseorang bertindak sepanjang hidupnya
  5. determinisme lingkungan: suatu keadaan yang mengkondisikan manusia dengan kekuatan paksaan dan tekanan dari lingkungan fisik sosial.
  6. determinisme psikologis: situasi yang dirasakan di mana ada berbagai kekuatan yang kurang lebih tidak dikenal di dalam kepribadian seseorang, misalnya trauma-trauma masa lalu, hal-hal di bawah sadar dll.
Berhadapan dengan berbagai determinisme di atas, manusia dihadapkan dengan pertanyaan, “Siapakah yang bisa memaknai hidup manusia sendiri?”. Dari sini muncul suatu pernyataan yang mengafirmasikan bahwa kebebasan dan auto-determinasi seseoranglah yang dapat menentukan isi dan arah kehidupannya sendiri. Beberapa merek blok auto-determinisme yang pernah ada:

  1. afirmasi idealis: suatu sikap yang mengesampingkan kenyataan dunia luar dan menghayati hidup dengan caranya sendiri tanpa memperhitungkan kenyataan riil dunia yang akan dilaluinya.
  2. afirmasi pelarian (alienasi) : suatu auto-determinasi yang dilakukan dengan lari dari kenyataan. Kendaraan-kendaraan pelarian bisa dalam berbagai bentuk, seperti mabuk, kerja berlebihan, agama fundamentalis, fantasi-fantasi, narkoba, sex bebas dll. Jenis lain dari pelarian ini yang mungkin nampaknya bukan pelarian adalah penyalahan diri sendiri yang berlebihan yang akhirnya sampai pada suatu situasi yang mematikan, misalnya bunuh diri karena tidak bisa menerima kenyataan diri sendiri.
  3. afirmasi kritis: posisi ini memiliki beberapa elemen penting antara lain:
    • mengakui bahwa banyak “ramuan” kehidupan yang sudah ditentukan. Misalnya saya tidak dapat memilih tempat di mana saya ingin dilahirkan. Faktor genetis tidak dapat saya tentukan, ada keterbatasan-keterbatasan yang datang dalam sejarah pribadi, lokal, nasional dll.
    • menerima keterbatasan-keterbatasan yang ada sebagaimana apa adanya.
    • menerima kenyataan tentang relasi yang saling menguntungkan antara kreativitas atau kebebasan manusia dengan struktur-struktur sosial yang dihasilkan.
    • pengakuan bahwa paling tidak di tengah gurun keterbatasan-keterbatasan yang ada selalu ada paling tidak suatu oasis kehidupan atau kebebasan. Dalam siatuasi/keadaan yang memang benar-benar “tidak ada jalan keluar”, kepribadian manusia masih memiliki kebebasan bagaimana menjawab dan cara apa yang diambil berhadapan dengan keterbatasan itu.
Sebagai manusia yang dewasa manusia diajak untuk mengambil posisi afirmasi kritis dalam memaknai kehidupannya. Kita tidak dapat menolak bahwa kita sendirilah yang bertanggung jawab atas semua tingkah laku kita. Kita tidak dapat memberikannya kepada siapapun kunci kebahagaiaan dan realisasi diri kita.




Semua postur deterministas adalah percobaan. Mereka memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk melarikan diri dari kebebasan kita. Jika kita bisa mengendalikan diri kita sendiri dan juga orang lain bahwa diri kita tidak mempunyai kesalahan, kita percaya tanpa salah bahwa kita dapat sampai kepada kebahagiaan.



Memperbaharui tanggungjawab dan kontrol atas kehidupan kita bukan hanya lebih sehat secara psikologis (minimal merasa lebih baik) melainkan juga adalah satu-satunnya sikap yang unik yang bisa menggerakkan kita menuju suatu perkembangan atau pertumbuhan dan kebahagiaan.



Blog Oasis Kehidupan yang akan saya tulis ini akan melihat bahwa ada banyak cara untuk berlatih melihat “kontrol” yang bisa menghancurkan diri seseorang dan juga orang lain. Tetapi kita akan lebih mendekatkan diri kepada forma-forma destruktif yang sering kita ambil dan belajar dari forma-forma destruktif tersebut.



Akhirnya,“kenyataan umum” bahwa kehidupan kita diatur dan dipengaruhi dari luar atau dengan kata lain “ditentukan” oleh agen-agen berbeda dari diri kita (Tuhan, nasib, bawaan biologis, lingkungan sosial ekonomi dan budaya dll). Namun demikian, semua postur deterministas ini semuanya berlawanan dengan auto-determinasi. Dari semua posisi auto-determinasi kita beropsi pada auto-afirmasi kritis karena merupakan yang paling berharga dengan kenyataan kemanusiaan kita. Semua ramuan dasar dari postur ini: pengenalan dan pengakuan akan keterbatasan kita dan ruang kebebasan yang bisa kita ambil terhadap kenyataan itu, seperti suatu pengaruh yang saling menguntungkan antara kebebasan dan “produk sosialnya”. (Benny Kalakoe, BSD, Juli 2015)

No comments:

Post a Comment