Kualitas kebebasan manusia
berakar dari perbedaannya yang radikal dengan ciptaan yang lainnya seperti
binatang dan pohon. Binatang dan pohon
menerima lewat suatu turunan biologis suatu “petunjuk” untuk berkembang
yang menandakan jalan dan nasibnya tanpa kemungkinan untuk memprotes dari pihak
mereka. Seekor anjing tidak dapat beropsi untuk menjadi burung, demikianpun
pohon kelapa tidak dapat beropsi untuk
jadi pohon mangga. Sebaliknya manusia meskipun juga adalah binatang (bagian
dari definisi manusia) berpartisipasi dengan berbagai cara dalam perkembangannya
yang sudah dipra-kondisikan. Juga manusia memiliki petunjuk-petunjuk untuk
berkembang yang menandai keterbatasan-keterbatasan fundamental dari
kemungkinan-kemungkinannya. Namun demikian berbeda dengan mahkluk hidup yang
lain, manusia dapat memilih untuk menentukan diri sendiri dalam suatu kondisi
yang manusiawi.\
Kita telah menelaah bahwa banyak
dari “ramuan” kehidupan kita telah ditentukan dan tidak dapat lagi diubah.
Beberapanya kita terima sejak kita lahir. Beberapanya lagi kita sendiri yang
menentukannya dengan menggunakan kebebasan kita, yang kalau telah terjadi
demikian tidak mungkin lagi diubah. Contoh dari kasus pertama misalnya: ras, tempat lahir, situasi keluarga,
kampung asal, kewarganegaraan, dll. Contoh dari kasus kedua: karena tidak bijak
seseorang kehilangan tangan atau kaki karena ngebut-ngebutan di jalan, atau
ginjal rusak karena minum-minuman keras yang berlebihan. Lengan atau kaki atau
ginjal yang hilang adalah ramuan yang
sudah tidak bisa diubah lagi. Kebebasan tidak ada dalam kemampuan untuk
mengubah atau tidak “ramuan” kehidupan. Kebebasan harus dilihat dengan
“masakan” yang akan manusia lakukan dengan ramuan-ramuan yang sudah ada
tersebut.
Untuk mengerti apa itu kepribadian tidak cukup dengan menganalisa warisan
biologis, kondisi-kondisi lingkungan dan struktur-struktur sosial, ekonomi dan
budaya di mana seseorang sedang berada. Yang jelas semua hal tersebut
menentukan dan membatasi seseorang. Tetapi tidak menghabiskan kebebasan minimal
seseorang. Dan ini adalah benar walaupun ada begitu banyak orang yang tidak
memanfaatkan kebebasan dalam memasak ramuan kehidupan ini secara maksimal. .
Sebagai ilustrasi: Dalam Perang Dunia II, lebih dari setengah juta orang
Yahudi ditahan dan dibunuh secara keji dalam tahanan di Varsovia. Mayoritas
dari mereka berbaris ke tempat pembantaian dengan mudah sekali, dan mereka
dibasmi perlahan-lahan lewat penyakit dan kelaparan tanpa bisa memprotesnya. Mesin
nazi yang berang memperhitungkan ketaatan mereka untuk mengefektikan pembunuhan
mereka. Ramuan-ramuan pembunuhan ini
adalah: tekanan, demoralisasi, pengawasan yang terus menerus, kelaparan dll.
Namun demikian mereka tidak memperhitungkan, bahwa dengan situasi minim seperti
itu, walaupun mereka menerima ramuan yang sama, namun “mereka tidak memasak” makanan
yang dengan mudah menerima dan taat kepada pembunuhan. Orang-orang Yahudi ini
kurang lebih 2000 orang , mereka tidak dapat memilih untuk “tidak mati”. Ramuan ini sudah kurang lebih ditentukan
karena jumlah tekanan dan kekuatan nazi, sikap apatis dari dunia dan kota lain yang
katanya “civilized”. Namun demikian harus diakui bahwa dalam keadaan seperti
itu pun mereka bisa memilih “bagaimana harus mati”, bagaimana memberi suatu
nilai baru atas situasi mereka yang tidak ada jalan keluarnya. Keputusan ini
diganti dalam suatu perang pertahanan yang memakan waktu 40 hari, menantang
kekuatan militer nazi.
Tanpa harus sampai dengan situasi-situasi ekstrim, kita melihat secara
kontinu bagaimana dua orang yang berbeda dapat melewati hal-hal atau masalah
yang secara praktis sama dan mereka keluar dari masalah tersebut, yang seorang
tidak bernyawa lagi dan mengerikan, sedangkan yang satu malahan lebih kuat dan
semakin terintegrasi.
(Benny Kalakoe, BSD, 22715)
No comments:
Post a Comment