Tuesday, July 21, 2015

SIAPAKAH AKU? DARI KETERBATASAN MENUJU PEMBEBASAN (3)



Kualitas kebebasan manusia berakar dari perbedaannya yang radikal dengan ciptaan yang lainnya seperti binatang dan pohon. Binatang dan pohon  menerima lewat suatu turunan biologis suatu “petunjuk” untuk berkembang yang menandakan jalan dan nasibnya tanpa kemungkinan untuk memprotes dari pihak mereka. Seekor anjing tidak dapat beropsi untuk menjadi burung, demikianpun pohon kelapa  tidak dapat beropsi untuk jadi pohon mangga. Sebaliknya manusia meskipun juga adalah binatang (bagian dari definisi manusia) berpartisipasi dengan berbagai cara dalam perkembangannya yang sudah dipra-kondisikan. Juga manusia memiliki petunjuk-petunjuk untuk berkembang yang menandai keterbatasan-keterbatasan fundamental dari kemungkinan-kemungkinannya. Namun demikian berbeda dengan mahkluk hidup yang lain, manusia dapat memilih untuk menentukan diri sendiri dalam suatu kondisi yang manusiawi.\

Kita telah menelaah bahwa banyak dari “ramuan” kehidupan kita telah ditentukan dan tidak dapat lagi diubah. Beberapanya kita terima sejak kita lahir. Beberapanya lagi kita sendiri yang menentukannya dengan menggunakan kebebasan kita, yang kalau telah terjadi demikian tidak mungkin lagi diubah. Contoh dari kasus pertama misalnya: ras, tempat lahir, situasi keluarga, kampung asal, kewarganegaraan, dll. Contoh dari kasus kedua: karena tidak bijak seseorang kehilangan tangan atau kaki karena ngebut-ngebutan di jalan, atau ginjal rusak karena minum-minuman keras yang berlebihan. Lengan atau kaki atau ginjal yang hilang  adalah ramuan yang sudah tidak bisa diubah lagi. Kebebasan tidak ada dalam kemampuan untuk mengubah atau tidak “ramuan” kehidupan. Kebebasan harus dilihat dengan “masakan” yang akan manusia lakukan dengan ramuan-ramuan yang sudah ada tersebut.

Untuk mengerti apa itu kepribadian tidak cukup dengan menganalisa warisan biologis, kondisi-kondisi lingkungan dan struktur-struktur sosial, ekonomi dan budaya di mana seseorang sedang berada. Yang jelas semua hal tersebut menentukan dan membatasi seseorang. Tetapi tidak menghabiskan kebebasan minimal seseorang. Dan ini adalah benar walaupun ada begitu banyak orang yang tidak memanfaatkan kebebasan dalam memasak ramuan kehidupan ini secara maksimal. .

Sebagai ilustrasi: Dalam Perang Dunia II, lebih dari setengah juta orang Yahudi ditahan dan dibunuh secara keji dalam tahanan di Varsovia. Mayoritas dari mereka berbaris ke tempat pembantaian dengan mudah sekali, dan mereka dibasmi perlahan-lahan lewat penyakit dan kelaparan tanpa bisa memprotesnya. Mesin nazi yang berang memperhitungkan ketaatan mereka untuk mengefektikan pembunuhan mereka. Ramuan-ramuan pembunuhan ini adalah: tekanan, demoralisasi, pengawasan yang terus menerus, kelaparan dll. Namun demikian mereka tidak memperhitungkan, bahwa dengan situasi minim seperti itu, walaupun mereka menerima ramuan yang sama, namun “mereka tidak memasak” makanan yang dengan mudah menerima dan taat kepada pembunuhan. Orang-orang Yahudi ini kurang lebih 2000 orang , mereka tidak dapat memilih untuk “tidak mati”.  Ramuan ini sudah kurang lebih ditentukan karena jumlah tekanan dan kekuatan nazi, sikap apatis dari dunia dan kota lain yang katanya “civilized”. Namun demikian harus diakui bahwa dalam keadaan seperti itu pun mereka bisa memilih “bagaimana harus mati”, bagaimana memberi suatu nilai baru atas situasi mereka yang tidak ada jalan keluarnya. Keputusan ini diganti dalam suatu perang pertahanan yang memakan waktu 40 hari, menantang kekuatan militer nazi.

Tanpa harus sampai dengan situasi-situasi ekstrim, kita melihat secara kontinu bagaimana dua orang yang berbeda dapat melewati hal-hal atau masalah yang secara praktis sama dan mereka keluar dari masalah tersebut, yang seorang tidak bernyawa lagi dan mengerikan, sedangkan yang satu malahan lebih kuat dan semakin terintegrasi.

Dengan demikian, melalui kebebasan manusia memilih untuk menentukan siapa dirinya dan mau jadi siapa dirinya. Mari kita membangun kepribadian-kepribadian dalam perjalanan padang pasir kehidupan ini. Di mana selalu ada opsi untuk menuju ke perbudakan atau dalam suatu pertempuran yang keras untuk sampai ke tanah terjanji.

(Benny Kalakoe, BSD, 22715)

No comments:

Post a Comment